Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

PEDAGANG SUNNI, NALAR MARITIM DAN ISLAM NUSANTARA

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia  Adrian B. Lapian dalam “Peta Pelayaran Nusantara dari Masa ke Masa” merasa perlu untuk mengatakan bahwa tidak ada sukubangsa di Asia Tenggara yang lebih maritim dari Orang Bajau. Sebuah pernyataan singkat dan sederhana yang menjelaskan banyak hal tentang hubungan masyarakat Nusantara dengan laut. Mulai dari urusan ekonomi, kontak sosio-religius, asimilasi adat-kebudayaan, hingga mengkristal dan membentuk  khasa‘ish  atau karakteristik tersendiri tentang bagaimana keberislaman masyarakat Nusantara adalah beberapa hal yang perlu dijelaskan secara historis-kronologis untuk memberikan pencerahan-pencerahan tentang identitas dan kesejatian diri orang bahari, orang Nusantara. Sudah lama peneliti Indonesia, juga peneliti Non-Indonesia yang memberikan simpulan-simpulan tentang kapan, dimana dan dengan bukti apa Islam tiba di Nusantara. Teori Arab, Cina, Persia, Turki, India dan Pantai Coromandel adalah negara dan daerah yang disebut-sebut menjadi kawasan

MASJID, KEMANDIRIAN DAN PASAR

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Judul ini tentu saja bukan untuk memperbandingkan antara yang sakral dan yang profan. Antara tempat ibadah dan tempat yang berorientasi ekonomi. Keduanya jelas tidak sama. Berbeda fungsi, berbeda tujuan. Meskipun begitu, ada kemungkinan yang bisa dikembangkan dari masjid dan juga pasar. Kemungkinan itu adalah: membangun ekonomi umat dari masjid, dan membangun spiritualitas di pasar. Tentu saja pasar dengan makna yang luas, hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan bisnis. Usaha menumbuhkan kesadaran ini sudah dimulai. Seperti sebuah kegiatan  bertajuk  Ta’lim Ramadan: Muslim Mandiri Peduli Negeri , yang saya ikuti kemarin, tepat di hari ketujuh bulan ramadan 1440 H.   Menariknya, acara yang saya sebutkan di atas digagas oleh sekelompok anak muda yang bernaung di bawah lembaga ketakmiran masjid bernama Ikatan Pemuda Masjid Al-Hidayah (IPM Al-Hidayah) di Kelurahan Rapak Dalam, Samarinda Seberang. Dalam kesempatan ini, dihadapan beberapa ika

KEYAKINAN DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

Gambar
Bang Zul  Rumah Transformasi Indonesia Di tengah tumbuhnya pasar-pasar modern dan berubahnya pola perdagangan menjadi berbasis daring, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap turunnya pendapatan pedagang tradisional. Sehingga, profesi ini tidak lagi menjadi profesi yang diharapkan. Ketidakpastian jumlah pendapatan dan tidak adanya jaminan hari tua merupakan alasan utama banyak pemuda yang tidak menjalani pekerjaan ini. Beberapa data bahkan menunjukkan fakta menyusutnya jumlah pedagang tradisional. Keadaan itu menjadi sederet realitas tentang lelah dan beratnya menjadi pedagang tradisional hari ini. Dalam keadaan tidak menentu semacam itu, pedagang sebenarnya belum kalah sepenuhnya. Ada kesejahteraan psikologis yang diperoleh oleh pedagang. Argumen ini dibuktikan melalui studi tim peneliti Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Penelitian yang berjudul “ Analisis Keyakinan Diri dan Kesejahteraan Psikologis Pedagang di Pasar Tradisonal Darat dan Pasar Terapung Lok Baintan Sungai

SAMARENDAH

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Bagi Masyarakat Samarinda, insiden teror di Gereja Oikumene pada 13 Maret 2016, di Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan Ilir, amat sangat memilukan, juga menginjak-injak falsafah lama tanah Banua : “ mudahan tuntung pandang ruhui rahayu” , yang semakin kehilangan tuahnya dan tidak lagi menjadi azimat keramat tentang visi vertikal dan horizontal bermakna “semoga Tuhan memberi kehidupan yang langgeng, sejahtera dan harmonis.” Kesadaran masyarakat Samarinda yang saling bersatu dalam perbedaan, sesungguhnya dapat ditelusuri akar historisnya untuk menunjukkan arti penting penggambaran semangat etis masyarakat Samarinda yang telah terbangun sejak dulu. Terdapat data tentang itu, melalui situs resmi pemerintah kota Samarinda (samarindakota.go.id) tertulis bahwa pada pertengahan abad ke-17, Sultan yang dipertuan Kerajaan Kutai menerima rombongan orang-orang Bugis Wajo yang dipimpin oleh La Mohang Daeng Mangkona (bergelar Pua Ado), yang saat itu memoho

PATRIOTISME SYAIKH ‘ABDUS SHAMAD PALEMBANG

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Tiga abad lebih yang lalu, saat Indonesia masih dikenal dengan nama Jazirat Al-Jawah (Nusantara) terlahir ulama bernama Sayyid ‘Abdus Shamad bin ‘Abdurrahman (Al-Falimbani). Dalam catatan sejarah Mohammad Hasan bin Tok Kerani Mohammad Arsyad melalui Tarikh Salasilah Negeri Kedah , Syaikh ‘Abdus Shamad lahir di Palembang sekitar tiga atau empat tahun setelah 1112 H/ 1700 M ber-ibu Radin Ranti asli Palembang dan ayah bernama lengkap Syaikh ‘Abdul Jalil bin Syaikh ‘Abdul Wahab, seorang Mufti Kedah berdarah Yaman ( Chatib Quzwain: 1985, 9-10). Dalam literatur Arab, Al-Baythar , Al-Falimbani digambarkan sebagai ulama berdedikasi tinggi yang wafat pada 1203 H/ 1789 M setelah menyempurnakan karya monumentalnya Sayr Al-Salikin (Azyumardi Azra: 2004, 114). Berkaitan dengan ini, data hasi studi filologis tentang karya-karya Al-Falimbani memberikan penjelasan tambahan tentang jumlah karya intelektual Al-Falimbani, diantaranya: Al-‘Urwah Al-Wutsqa Wa Silsil

GERAKAN DAKWAH EKOLOGIS

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Kalimantan dalam ancaman kerusakan Alam. Kalimat inilah yang barangkali mampu menggambarkan kesan tentang rilis wwf.panda.org tentang kerusakan alam di Borneo. Lembaga konservasi terbesar itu menulis sebuah tajuk berita berjudul “Threats to Borneo Forests” dengan beberapa deskripsi miris tentang penebangan hutan; konversi lahan; perubahan iklim serta perdagangan dan perburuan satwa. Dalam studi kawasan melalui satelit yang dilakukannya, ada sekitar 56 % dari kawasan hutan lembah tropis yang menjadi objek tebang secara ilegal dalam kisaran 1985 – 2001 atau sekitar 29.000 meter persegi, ukuran luas yang hampir sama dengan keseluruhan negara Belgia. Keadaan ini diperparah dengan fakta ekspansi perkebunan sawit dari 600.000 hektar pada tahun 1985 hingga lebih dari 7 juta hektar pada 2007. Tidak kalah mencengangkan, satwa-satwa terlindungi seperti Pangolin ( Manis Javanica ), Arowana ( Scleropages Formosus ) dan Orangutan berada dalam kondisi terancam

ISLAM, TAMBANG DAN KEADILAN

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Beragama berarti menuju Allah Yang Maha Tinggi. Untuk menuju-Nya, diperlukan kesadaran penghambaan yang mewujud dalam tindakan dan tingkah laku. Implementasi ideal manusia beragama itu dapat dilihat melalui hubungannya terhadap sesama manusia dan lingkungan. Keharusan untuk bersikap menjaga atas alam itu terkonfirmasi dalam banyak narasi agama dan ilmu pengetahuan. Diperlukan kesadaran etis manusia dalam menghadapi fakta-fakta empiris dampak pertambangan yang dapat merusak alam. Beberapa kasus menunjukkan dampak negatif dari pertambangan batu bara terhadap masyarakat lingkar tambang. Perbincangan saya dengan pembudidaya ikan nila, menunjukkan hal itu. Dalam penuturannya, benih yang biasa ditaburnya di keramba miliknya itu, seribu bibit nila, dari seribu bibit, yang bertahan hidup, hanya sekitar setengahnya atau lima ratus ekor bibit, dan itu bisa berkurang sampai ukuran layak jual. Apa sebabnya?, Ia mengatakan: pengaruh kualitas air Mahakam yang

ISLAM, MEDIA DAN MORALITAS

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia John Vivian, pada bagian pertama bukunya berjudul The Media of Mass Communication (2008) mengategorikan delapan jenis Media Massa, di antaranya adalah: buku, koran, majalah, sound recording , film, radio, televisi dan Internet. Contoh dari dua bagian kategorisasinya itu (buku dan koran) akan saya paparkan di awal tulisan ini, sebagai data sekaligus deskripsi tentang arti penting dan pengaruh media dalam kesejarahan Islam dan Muslim di Nusantara.        Pada tahun 1770, dari Haramayn Syaikh ‘Abdus Shamad Palembang menghembuskan semangat anti kolonial dengan seruan “jihad” melawan penjajah melalui kitab yang berjudul Tadzkirat al-Mu’minin fi Fada’il al-Jihad fi Sabilillah wa Karamat al-Mujahidin fi Sabilillah . Karya ini dinilai menjadi inspirasi Perang Sabil melawan koloni Belanda di Aceh. Terdapat pula laporan tentang korespondensi Al-Falimbani tentang seruan memerangi penjajah yang dialamatkan kepada Mangkunegara sebagai Raja Solo pada waktu it

KORUPSI DAN KUTUKAN LANGIT

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia “Kepada siapapun, apakah dia orang pendatang atau orang asli Martadipura yang telah meminum air Sungai Mahakam. Jika dia membawa harta atau kekuasaan yang didapat secara tidak halal, maka terkutuklah orang tersebut dengan suatu bala (bencana). Kutukan ini berlaku jika ke hilir melalui Kutai Lama (muara Sungai Mahakam), sedang jika ke hulu sebatas Pinang Sendawar (hulu Sungai Mahakam)” Kutipan di atas adalah bunyi dari kutukan Kudungga, Maharaja Kerajaan Kutai Martadipura yang berpusat di Muara Kaman, tempat ditemukan yupa atau prasasti yang menjadi bukti sejarah kerajaan tertua Nusantara. Menurut budayawan dan sejarawan Kalimantan Timur, Djohansyah Balham, kutukan tersebut adalah murka Kudungga terhadap pejabat kerajaan yang berkhianat, tamak, memperkaya diri sendiri dengan melakukan pungutan liar kepada rakyat. Kutukan kudungga itu menjadi akhir cerita si pejabat serakah yang melarikan diri di malam hari dengan membawa serta harta dan keluarga