Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

HATI SURGA

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Ada satu tradisi baik muslim Indonesia, yaitu mengucapkan Min al-‘Aidin wa al-Faizin yang artinya semoga kembali pada (kesucian) dan menjadi orang-orang yang menang. Ucapan ini biasanya diucapkan dalam suasana lebaran, hari raya idul fitri. Dua kata utama dalam kalimat di atas menghendaki dua sifat kemuliaan: menjadi suci kembali dan menjadi pemenang. Mereka yang berusaha menyucikan diri adalah orang-orang yang berada di atas jalan kemenangan. Singkatnya, hari raya itu adalah simbol pencapaian kesucian setelah belajar menahan hawa nafsu selama ramadan dan itulah kemenangan. Argumentasi di atas itu berdasar. Dalam al-Qur’an kata yang bermakna kemenangan itu disebut dengan istilah al-Fawz . Kata itu bisa dirujuk pada al-Jatsiyah (30): “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Tuhan akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah kemenangan yang nyata.” Melalui ayat tersebut, terdapat tiga hal penting, yaitu: makna kemenang

ALUMNI ADALAH KEKUATAN

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia 18 Ramadan 1444 H, bertepatan tanggal 9 April 2023, Pengurus Ikatan Keluarga Alumni Pondok Pesantren Al-Mujahidin Samarinda mengadakan kegiatan Buka Bersama dengan alumni berbagai angkatan serta santri-santri di Pondok Pesantren Al-Mujahidin Samarinda. Kegiatan tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, antara lain: Pihak Yayasan Perguruan Nahdlatul Ulama melalui Kepala Biro Alumni, Ketua Pondok Pesantren Al-Mujahidin Samarinda, dan Dewan Guru berbagai jenjang Pendidikan, Alumni berbagai angkatan, santriwan dan santriwati Pondok Pesantren Al-Mujahidin Samarinda. Dimulai dengan membaca syair dan selawat secara bersama-sama diiringi tim selawat Pesantren Al-Mujahidin Samarinda. Selawat yang disenandungkan itu menjadi tanda dimulainya kegiatan silaturahmi keluarga besar alumni Pondok Pesantren Al-Mujahidin Samarinda. Bagi alumni, hal tersebut barangkali menjadi pembuka ingatan bertahun-tahun silam tentang proses belajar dan seluruh dinamikanya. Kenangan

VISI DAGANG MBOK DANANG

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Bagi santri yang  mondok  di seputaran Krapyak-Bantul, nama Mbok Danang tentu tidak asing. Nama yang juga menjadi label alamiah warung makan yang dimilikinya. Setidaknya itu nama warung yang disematkan pada rumah makan yang sebenarnya tak berplang itu. Posisinya tepat di samping asrama santri Al-Munawwir, Krapyak. Saya termasuk yang kerap makan di warung ini. Warung idola para santri. Murah meriah, sederhana, merakyat. Saya pikir itu, kesan umum orang kebanyakan tentang warung Mbok Danang. Kesan yang saya simpulkan dari pengalaman nyantri di Krapyak sejak 2007 hingga 2011. Pengalaman penting berinteraksi dengan mbok danang: makan di warungnya, memperhatikan cara berdagangnya, sambil berusaha memahami substansi, esensi dan nilai-nilai. Di warung Mbok Danang, satu porsi/ bungkus nasinya jumbo, bisa dimakan oleh dua orang. Itu jika pembeli diam, tak bersuara:  cukup mbok!  Atau  dikurangi sedikit mbok! . Mbok Danang memang tak pernah ragu menuangkan n

TAWAKKAL: FALSAFAH “ORANG PASAR”

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Amr bin Umayyah pernah bertanya kepada Nabi:  “wahai Rasulullah, apakah aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal?. Beliau menjawab: ikatlah untamu lalu bertawakkallah kepada Allah.”  Petikan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi ini adalah tamsil yang jelas dan terang, penyerahan diri kepada Allah atas apa yang telah diusahakan/ tawakkal. Secara hakikat, kemampuan menciptakan sebab-sebab adalah karunia Allah. Sebab perolehan rizki itu banyak, dengan bekerja misalnya, seseorang akan menerima upah. Dengan berdagang, seseorang akan mendapatkan untung. Untuk itulah, Allah anugerahkan “daya” pada manusia berupa-rupa macamnya: akal, pikiran, tenaga, kekuatan, kemampuan dan lain sebagainya adalah alat bagi manusia untuk mencapai perolehan dalam hidupnya. Meskipun, tidak selalu keinginan manusia sama dengan keinginan Allah. Sehingga, tidak seorangpun dapat memastikan apa y

SABAR: FALSAFAH HIDUP “ORANG PASAR”

Gambar
  Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Karakter mendasar yang harus dimiliki “orang pasar” (baca: pedagang) adalah sabar. Dengan sabar, gerakan usaha dan bisnis terus berputar, tak terhenti hanya karena aral penghalang yang melintang. Bagi orang pasar, setiap hari adalah tantangan. Pasang surut, ramai-sepi, datang dan perginya pembeli adalah realitas yang harus dihadapi, sambil terus mencari cara dan strategi. Tegar, kokoh berdiri adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sabar terus, sabar lagi adalah azimat keramat sebagai penyelamat. Sabar bukan datang dari amarah dan emosi untuk bertahan semata. Ia suci, mulia bernilai ibadah, merupakan ajaran tinggi sang Maha Tinggi, Allah  Jalla wa ‘Azza . “Orang Pasar” yang benar sesungguhnya sedang ber- ’amaliyah  dalam ibadah: mendayagunakan akalnya untuk memperoleh kebaikan harta, bukan hanya kedudukan dan tahta; ber- mu’amalah  sebagai jalan memperoleh nafkah; turun naik-dinamika ekonomi dihadapi dengan hikmah dan amanah. Bagi “

PEDAGANG, PASAR DAN TRANSFORMASI

Gambar
  Bang Niaga Rumah Transformasi Indonesia Pasar tradisional menjadi urat nadi ekonomi rakyat kelas menengah. Secara sederhana, pasar adalah wadah transaksi para pedagang, tempat menjual sekaligus membeli. Meskipun secara substansi, pasar (baca: aktivitas perdagangan) tidak sesederhana itu. Dalam sejarahnya, pasar berperan penting dalam menciptakan transformasi-transformasi sosial kemasyarakatan. Dalam studi sejarah Islam, kita mengingat benar bahwa Muhammad ibnu ‘Abdillah adalah pedagang ulung yang ajaran akhlaknya berhasil mengangkat dirinya sebagai orang pilihan Tuhan. Untuk alasan itulah, ia digelari  al-Amin , yang terpercaya oleh masyarakatnya. Selain sebagai penanda integritasnya, kejujuran Nabi Muhammad juga memiliki efek transformatif yang mengagumkan dalam perjalanan dagangnya, sehingga wajar ia dikenal luas di pasar internasional: Yaman, Syiria, Yordania, Irak, Basrah dan kota-kota perdagangan di Jazirah Arab lainnya adalah bukti reputasinya. Sebuah prestasi prestisus yang di

ORANG-ORANG PASAR DAN KEMERDEKAANNYA

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Pengalaman saya bergaul dengan orang-orang pasar tidak melulu soal untung rugi dan ramai sepinya pembeli. Ada pandangan hidup pedagang yang otentik, orisinil dan hakiki. Logika dan dasar berfikir orang-orang pasar yang jarang terlihat di permukaan karena banyak orang hari ini terlanjur mengasumsikan “menjadi pegawai kantoran” sebagai pekerjaan terhormat nomor wahid yang harus diperjuangkan, bahkan kalau perlu dengan cara menyuap untuk mendapat posisi. Setidaknya, begitu yang terdengar di banyak media setiap musim pendaftaran calon pegawai. Sebuah pekerjaan impian yang memang berhasil mendefinisikan kelas dan status sosial. Dalam situasi seperti itu, pilihan menjadi pedagang, mau tidak mau, suka tidak suka akan kalah pamor dengan pegawai dan cenderung dikesankan sebagai pekerjaan kelas dua. Belum lagi soal tren beralihnya konsumen ke aktivitas jual beli berbasis  online . Keadaan yang semakin menghimpit para pedagang tradisional. Secara sosial, mora

“NEGOSIASI ETIK” ORANG PASAR

Gambar
  Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Selain  zoon politicon  yang dikenalkan Aristoteles untuk menggambarkan manusia sebagai makhluk sosial. Ada pula  homo economicus . Sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Adam Smith untuk menjelaskan kedudukan manusia yang dalam kehidupan sosialnya berusaha untuk mempertimbangkan dan memperoleh keuntungan-keuntungan. Tentang yang terakhir ini, tentu saja kita bisa bersepakat, bisa juga tidak. Semua tergantung pada “keuntungan” seperti apa?; dengan cara apa mendapatkannya?; dan untuk tujuan apa keuntungan-keuntungan tersebut?. Mengenai hal tersebut, saya ingin berbagi tentang sedikit pengalaman.      Sesungguhnya tidak salah hidup dalam pertimbangan dan perhitungan keuntungan. Hanya saja manusia berbeda-beda dalam mendefiniskan keuntungan itu sendiri. Perhitungan ekonomis-materialistik dapat dibenarkan sebagai cara bertahan hidup, tetapi tidak bisa dibenarkan, jika ia dijadikan tujuan kehidupan. Menyepakati ini sama saja mengiyakan nihilisme, mena

MENGULANG KEBANGKITAN ULAMA ABAD 18

Gambar
Bang Zul Rumah Transformasi Indonesia Abad delapan belas menjadi momentum penting kebangkitan ilmu dan ulama. Kesadaran ini muncul bersamaan dengan tekanan kolonialisme yang memosisikan pribumi sebagai kaum terjajah ( inlander ) atau masyarakat kelas dua, bahkan bagi muslim nusantara yang melakukan pengembaraan ilmiah di jantung peradaban Islam, Haramain. Situasi ini setidaknya tergambar oleh ujaran Snouck Hurgronje, seorang orientalis Belanda: “ Murid-murid dan ulama Jawi ini telah berpuluh-puluh tahun belajar dan tinggal di tanah suci, mereka tetap saja tidak mampu berbahasa Arab dengan baik, lidah Melayu mereka tidak mampu mereka ubah” (Azra 2007: 115). Kondisi ini diperparah dengan letak geografis nusantara di batas terluar pusat perkembangan Islam, sehingga Islam di kepulauan nusantara sering pula disebut sebagai Islam pinggiran ( periphery Islam ). Selain itu, sikap bernada underestimate ini juga merujuk pada rendahnya produksi karya-karya keilmuan disebabkan kolonialisme pada

BAIK DI DUNIA, BAIK DI AKHIRAT

Gambar
Bang Zul RumahTransformasi Indonesia Kehidupan yang baik di dunia adalah pembuka jalan bagi kehidupan yang baik di akhirat. Itulah rumus hidup yang diajarkan oleh agama. Namun demikian, dalam kenyataan sosial kita, masih saja didapati suatu sikap dan gaya hidup, seseorang atau bahkan sekelompok orang yang jauh dari nilai dan ajaran agama. Terjadi kegagalan memahami dunia. Kegagalan memahami itu, terlihat pada ketidakmampuan untuk membedakan mana jalan, dan mana tujuan. Dunia adalah jalan, sedang akhirat adalah tujuan.  Apa dampak dari ketidakmampuan membedakan keduanya?. Jika seseorang paham bahwa dunia adalah jalan bukan tujuan, maka kehidupan pasti akan dimaksimalkan untuk menghamba kepada Allah. Segala kebajikan akan dilakukan untuk sesama dalam rangka ibadah kepada Allah. Tapi sebaliknya, jika dunia dianggap sebagai tujuan, maka yang terjadi adalah, usaha melazimkan segala cara hanya untuk memenuhi nafsu keduniaan. Dalam istilah agama, kita mengenalnya dengan sebutan Hubb al-duny