BELAJAR BAHASA INGGRIS
Bang Zul
Rumah Transformasi Indonesia
Ada kepentingan yang memaksa saya untuk membuat tulisan ini. Seperti judulnya, tentu saja soal belajar Bahasa Inggris. Saya merasa perlu untuk mengajukan beberapa ide dan pikiran tentang menjadi warga dunia. Bukan semata-mata soal pandai dan fasih berbicara dalam Bahasa Inggris. Memang itu penting, tetapi sebelum kesana, kita perlu membangun kesadaran dan menjadikan bahasa Inggris sebagai gerakan kolektif generasi millenial kita hari ini. Jika ini terjadi, kita akan memiliki pemuda dengan berbagai latar belakang keahlian yang siap berkomunikasi, tentang kompetensi dan keahliannya, kepada warga-warga dunia lainnya. Itu artinya pergaulan kita kosmopolit.
Lalu, kenapa soal kemampuan bahasa ini mendesak?. Realitas komunikasi internet hari ini sudah jelas dan nyata menunjukkan urgensi dan kepentingannya dalam komunikasi. Berhasil mencerap berbagai ilmu pengetahuan dalam Bahasa Inggris, adalah pintu masuk paling awal untuk memeroleh kemanfaatan Bahasa. Sebelum masuk pada tahap selanjutnya, yaitu berkomunikasi langsung, seperti: mengenalkan budaya, mempromosikan ide, gagasan, bahkan kepentingan-kepentingan ekonomistik kita. Kita adalah pelaku yang siap berkolaborasi membangun jembatan peradaban dunia. Sebagai tujuan ideal yang niscaya, maka tidak bisa tidak, harus ada proses pembelajaran yang serius. Kalau kita memaksimalkan prosesnya, maka ada peluang maksimal dalam hasilnya. Artinya, pencapaian kemampuan komunikasi Bahasa Inggris itu harus datang dari individu yang berusaha keras dan belajar terus menerus. Karena berangkat dari individu, maka semua punya kesempatan belajar. Soal kegunaan dan spesifikasi dalam pemanfaatannya, sekolah-sekolah, perguruan tinggi dan lembaga-lembaga vokasional punya peran penting untuk melengkapi dan mengarahkannya.
Secara formal kesempatan belajar Bahasa Inggris itu sudah dimulai sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi, tapi sebagian orang belum cakap juga berbahasa Inggris?. Apa persoalannya?. Dari banyak kemungkinan jawaban, seperti soal: pengajar, fasilitas, kurikulum dan lain sebagainya, saya hanya akan cermati soal motivasi pembelajarnya saja. Perlu cara-cara yang tidak biasa dan “sporadis”. Melakukan itu adalah mungkin dengan keyakinan bahwa sejak Sekolah Dasar kita sudah belajar Bahasa Inggris. Dari kosa kata, tata bahasa, hingga praktiknya. Persoalannya adalah itu tidak dilakukan secara intensif dan terus menerus.
Belajar dari para ulama-ulama Non-Arab (‘ajam), ada fakta-fakta meyakinkan, bahwa mereka menguasai Bahasa Arab yang notabene bukan bahasa asli mereka. Ada usaha, ada proses belajar keras sehingga mampu berkarya, berkomunikasi dalam Bahasa Dunia, Bahasa Keilmuan pada saat itu, Bahasa Arab. Di Timur ada kebijaksanaan, di Barat juga demikian. Milik Allah Timur dan Barat.
Sejarahnya ada, faktanya nyata, selanjutnya soal keinginan dan usaha. Pertama sekali adalah soal belajar sebagai bentuk peribadatan. Niat yang baik adalah harus, agar ada nilainya, menjadi pijakan dalam belajar, sehingga apapun hasilnya dalam belajar, tetap akan punya makna dan nilai penghambaan pada Tuhan.
Dengan modal awal berupa horison pengetahuan Bahasa Inggris yang pernah kita pelajari itu, kita bisa mengasahnya kembali, melakukan “re-koleksi” pengetahuan, dan mempraktikannya secara lebih massif. Secara normatif, ada empat bagian kompetensi Bahasa yang harus kita miliki, yaitu: Listening, Speaking, Reading dan Writing. Untuk menyelesaikan persoalan Listening, kenapa tidak kita coba mendengarkan audio, video, rekaman, dan musik dalam Bahasa Inggris dengan intensif selama satu minggu, dengan berusaha memahami kata, mencari arti kosa kata, dan belajar menyebutkannya. Begitu terus, selamu satu minggu. Setelah Listening, Speaking, kita lalu berusaha untuk terjebak dalam kewajiban menghafalkan lima puluh kosa kata, ekspresi dan kalimat dalam sehari. Lalu kemudian, berbicara tanpa jeda dalam Bahasa Inggris selama satu menit untuk menjelaskan sesuatu, begitu terus, hingga terus meningkat menjadi dua, tiga, hingga lima menit pada hari terakhir dalam minggu itu. Di Minggu ke tiga, carilah buku-buku Bahasa Inggris yang ringan-ringan, lalu baca buku itu, tandai dan artikanlah kosa kata yang belum diketahui, pahamilah maksudnya, dan coba untuk jelaskan kembali dalam Bahasa Inggris tentang apa yang telah kita pahami. Lakukan saja terus menerus selama seminggu. Pada minggu ke empat, writing. Untuk menulis memang perlu keahlian khusus yang bisa kita pelajari. Mulai dari menulis dengan mendeskripsikan hal-hal nyata, benda-benda dengan tata bahasa yang sederhana. Yang ditulis dibaca, lalu dikoreksi dengan menggunakan buku-buku tata bahasa yang tersedia, cari kesalahannya, lalu lakukanlah perbaikan.
Setelah niat belajar dan totalitas dalam usaha dilakukan, maka usaha memanfaatkan daya yang telah dianugerahkan Tuhan telah digunakan. Tidak ada kemampuan yang sempurna, sehingga proses pembelajaran harus terus dilakukan. Perubahan, peningkatan dalam berbahasa, atas izin Allah akan terlihat perbedaanya. Tidak sempurna, tapi tentu bisa diperbaiki dengan berdiskusi, di sekolah, dengan komunitas dan dengan lembaga-lembaga formal dan informal lainnya. Bahasa Inggris, bukan keahlian mahasiswa jurusan Sastra Inggris saja. Ia menjadi hak semua orang yang berkepentingan dengan Bahasa Inggris. Wa Allahu A’lam bi Al-Shawab.
Gambar: hathalyoum.net
Komentar
Posting Komentar