BAIK DI DUNIA, BAIK DI AKHIRAT
Bang ZulRumahTransformasi Indonesia
Kehidupan yang baik di dunia adalah pembuka jalan bagi kehidupan yang
baik di akhirat. Itulah rumus hidup yang diajarkan oleh agama. Namun demikian,
dalam kenyataan sosial kita, masih saja didapati suatu sikap dan gaya hidup,
seseorang atau bahkan sekelompok orang yang jauh dari nilai dan ajaran agama.
Terjadi kegagalan memahami dunia. Kegagalan memahami itu, terlihat pada
ketidakmampuan untuk membedakan mana jalan, dan mana tujuan. Dunia adalah
jalan, sedang akhirat adalah tujuan.
Apa dampak dari ketidakmampuan membedakan keduanya?. Jika seseorang
paham bahwa dunia adalah jalan bukan tujuan, maka kehidupan pasti akan dimaksimalkan
untuk menghamba kepada Allah. Segala kebajikan akan dilakukan untuk sesama
dalam rangka ibadah kepada Allah. Tapi sebaliknya, jika dunia dianggap sebagai tujuan,
maka yang terjadi adalah, usaha melazimkan segala cara hanya untuk memenuhi
nafsu keduniaan. Dalam istilah agama, kita mengenalnya dengan sebutan Hubb
al-dunya wa Karahiyat al-Mawt/ cinta yang berlebihan pada dunia dan membenci
kematian. Saat inilah manusia terasing, teralienasi dari ajaran dan nilai-nilai
agamanya. Contoh dan bukti nyata dari keterasingan ini adalah: tindakan
korupsi, penipuan dan manipulasi padahal agama mengajarkan untuk jujur dan
adil; merusak alam dan lingkungan, padahal agama mengajarkan untuk menjaga alam
dan lingkungan; semua itu adalah contoh dari kejahatan yang berdampak sosial,
merugikan banyak orang. Fakta itu menjadi tanda tidak berfungsinya akal dan hati
untuk melawan hawa nafsu. Padahal dalam sebuah hadis Nabi, dinyatakan: “Tidak
akan menang satu kesulitan terhadap dua kemudahan”, satu kesulitan itu
adalah hawa nafsu dan dua kemudahan itu adalah akal dan hati. Akal adalah perangkat
yang dianugerahkan Allah untuk memperoleh pengetahuan, sedang hati yang
terdalam adalah letak iman kepada Allah.
Sesungguhnya, cara menggapai kehidupan yang baik di dunia dan di akhirat itu telah diisyaratkan oleh Allah dalam surah al-Baqarah ayat 201: “Di antara mereka ada juga yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat serta lindungilah kami dari azab neraka.’ ”
Ayat ini menjelaskan hubungan antara kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat. Untuk mencapai kebaikan akhirat, diperlukan kebaikan di dunia. Caranya
adalah dengan memulai melakukan kebaikan atas dasar iman kepada Allah.
Lalu, apa makna kebaikan di dunia? Imam al-Khazin dalam Lubab
al-Ta’wil fi Ma’an al-Tanzil menyebut banyak arti dari kebaikan dunia, di
antaranya: Ilmu, Ibadah, rizki yang halal, amal shalih, kesehatan, perasaan
aman, kecukupan, mendapatkan petunjuk Allah, kebaikan, pertolongan Allah, anak
shalih dan istri yang shalihah. Kesemuanya itu adalah beberapa contoh kebaikan
dunia yang harus kita usahakan dan perjuangkan.
Kebaikan-kebaikan di dunia yang telah diperjuangkan dengan iman dan
ilmu, akan melahirkan kebaikan-kebaikan di akhirat. Imam al-Samarqandi dalam Bahr
al-‘Ulum menjelaskan bahwa kebaikan di akhirat adalah: keridaan Allah,
kesalahan yang diampuni dan ketaatan yang diterima oleh Allah. Sedang Imam
Fayruz Abadi, berpendapat bahwa kebaikan akhirat adalah surga dengan segala kenikmatannya.
Akhirnya, untuk menggapai akhirat yang baik, diperlukan kebaikan-kebaikan
di dunia. Semua harus didasarkan pada penghambaan kepada Allah. Min Allah,
Bi Allah wa Ila Allah: Dari Allah, dengan bimbingan Allah dan Menuju Allah.
Demikianlah makna kebaikan dunia dan akhirat, mudah-mudahan Allah mudahkan kita
menuju Allah dalam keadaan rida dan diridai Allah. Wa Allahu A’lam bi al-Shawab.
Gambar: nu.or.id
Komentar
Posting Komentar