HATI SURGA


Bang Zul
Rumah Transformasi Indonesia

Ada satu tradisi baik muslim Indonesia, yaitu mengucapkan Min al-‘Aidin wa al-Faizin yang artinya semoga kembali pada (kesucian) dan menjadi orang-orang yang menang. Ucapan ini biasanya diucapkan dalam suasana lebaran, hari raya idul fitri. Dua kata utama dalam kalimat di atas menghendaki dua sifat kemuliaan: menjadi suci kembali dan menjadi pemenang. Mereka yang berusaha menyucikan diri adalah orang-orang yang berada di atas jalan kemenangan. Singkatnya, hari raya itu adalah simbol pencapaian kesucian setelah belajar menahan hawa nafsu selama ramadan dan itulah kemenangan.

Argumentasi di atas itu berdasar. Dalam al-Qur’an kata yang bermakna kemenangan itu disebut dengan istilah al-Fawz. Kata itu bisa dirujuk pada al-Jatsiyah (30): “Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, Tuhan akan memasukkan mereka ke dalam rahmat-Nya (surga). Itulah kemenangan yang nyata.”

Melalui ayat tersebut, terdapat tiga hal penting, yaitu: makna kemenangan, sifat para pemenang dan balasan bagi orang-orang yang menang. Kemenangan adalah Nayl al-Bughyah atau tercapainya cita-cita. Seperti dikatakan oleh Imam Ibn ‘Athiyyah. Ramadan diibaratkan sebagai sebuah jalan menuju hari kemenangan, hari raya idul fitri. Melewati ramadan dengan baik adalah keberhasilan mencapai tujuan. Tujuan itu adalah kembali pada kesucian “‘Ied al-Fitr”. Karena hari raya adalah kembali pada kesucian, maka kesombongan, perasaan lebih dari orang lain, riya’ dan sum’ah seharusnya tidak ada. Karena suci adalah ketiadaan noda.  

Persoalan kedua, merujuk pada ayat di atas, pemenang adalah orang beriman dan beramal saleh. Dua kategori yang seringkali berdampingan dalam al-Qur’an ini, seperti menjadi penjelas bahwa keberimanan harus memberi dampak sosial, dengan cara beramal saleh. Beramal saleh, sebagai tanda keberimanan itu dua dimensinya?, yaitu kepada Allah, dan kepada sesama manusia. Sebagaimana dinyatakan oleh imam Fayruz Abadi dalam tafsirnya, Al-Fayruz Abadi. Sikap semacam itu sudah menjadi rumus keberhasilan dan kemenangan. Siapa beriman, lalu beramal saleh, mereka akan berhasil dan menang. Pembuktiannya ada pada kisah umat-umat terdahulu. Hal itu diisyaratkan oleh Syaikh Ismail Haqqi dalam tafsir Ruh al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an. Secara lebih teknis, Syaikh Isma’il Haqqi menjelaskan cara untuk mencapai kemenangan yang nyata?. Kemenengan yang nyata (al-Fawz al-Mubin) yang secara zahir dimaknai sebagai surga, harus didahului oleh kemenangan yang agung (al-Fawz al-‘Azhim). Kemenangan yang agung adalah masuk ke dalam surganya hati, yaitu hati yang suci dan bersih. Hati yang bertemu dengan Allah, di dunia dan akhirat. Dalam kemenangan yang nyata, terlebih dahulu terdapat kemenangan yang agung. Sebelum surga yang sesungguhnya, terdapat “surga” di dunia. Yaitu, hati yang dekat dan bertemu Allah. Itulah hati orang-orang yang menang.

Beriman, beramal saleh, menjadi suci, menjadi dekat dengan Allah adalah kemenangan di dunia yang mengantarkan pada rahmat Allah. Salah satu rahmat Allah itu adalah surga. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim: “ sesungguhnya Allah berkata kepada surga, ' Engkau adalah rahmatku, dengan engkau Aku melimpahkan kasih sayang-Ku kepada orang-orang yang Aku kehendaki’.” Substansi min al-‘Aidin wa al-Fa’izin harus mewujud dalam perbuatan. Di hari kemenangan, di hari yang suci, di hari yang dirahmati, tidak boleh ada yang tersakiti dengan perkataan dan perbuatan kita. Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Minal 'Aidin wa al-Faizin

Gambar: m7et.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALUMNI PESANTREN, KESEIMBANGAN DAN VISI BERSAMA

ALUMNI ADALAH KEKUATAN

MODERAT DAN RAHMAT