SABAR: FALSAFAH HIDUP “ORANG PASAR”
Bang Zul
Rumah Transformasi Indonesia
Karakter mendasar yang harus dimiliki “orang pasar” (baca: pedagang) adalah sabar. Dengan sabar, gerakan usaha dan bisnis terus berputar, tak terhenti hanya karena aral penghalang yang melintang. Bagi orang pasar, setiap hari adalah tantangan. Pasang surut, ramai-sepi, datang dan perginya pembeli adalah realitas yang harus dihadapi, sambil terus mencari cara dan strategi. Tegar, kokoh berdiri adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sabar terus, sabar lagi adalah azimat keramat sebagai penyelamat.
Sabar bukan datang dari amarah dan emosi untuk bertahan semata. Ia suci, mulia bernilai ibadah, merupakan ajaran tinggi sang Maha Tinggi, Allah Jalla wa ‘Azza. “Orang Pasar” yang benar sesungguhnya sedang ber-’amaliyah dalam ibadah: mendayagunakan akalnya untuk memperoleh kebaikan harta, bukan hanya kedudukan dan tahta; ber-mu’amalah sebagai jalan memperoleh nafkah; turun naik-dinamika ekonomi dihadapi dengan hikmah dan amanah. Bagi “orang pasar” untung dan rugi, semuanya mengandung hikmah. Sedekah, tidak pongah atas harta yang berlimpah adalah cara “orang-orang pasar” meraih berkah. Semua “kayuhan” orang-orang pasar tidak pernah sepi dari ibadah. Asal tetap dalam jalan yang sah serta tidak salah.
“Orang pasar” sadar tentang benarnya sabar. Itulah alasan paling kuat “orang pasar” tetap menggelar lapaknya, membuka tokonya, menyusun barangnya dan menawarkan dagangannya. Semua aktivitas itu adalah perputaran dan rangkaian ibadah menuju ibadah-ibadah lainnya. Syaratnya: dusta tiada, kepercayaan selalu ada, relasi tetap terjaga. Bukankah ini benar-benar kesadaran “orang pasar” bahwa Allah bersama orang-orang sabar. Selamat berjuang sahabat pedagang pasar. Wa Allahu A'lam. [MJ].
Foto: redikcorporation
Komentar
Posting Komentar