TAWAKKAL: FALSAFAH “ORANG PASAR”


Bang Zul
Rumah Transformasi Indonesia

Amr bin Umayyah pernah bertanya kepada Nabi: “wahai Rasulullah, apakah aku ikat dahulu unta tungganganku lalu aku bertawakkal kepada Allah, ataukah aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal?. Beliau menjawab: ikatlah untamu lalu bertawakkallah kepada Allah.” Petikan hadis yang diriwayatkan oleh Al-Tirmidzi ini adalah tamsil yang jelas dan terang, penyerahan diri kepada Allah atas apa yang telah diusahakan/ tawakkal.

Secara hakikat, kemampuan menciptakan sebab-sebab adalah karunia Allah. Sebab perolehan rizki itu banyak, dengan bekerja misalnya, seseorang akan menerima upah. Dengan berdagang, seseorang akan mendapatkan untung. Untuk itulah, Allah anugerahkan “daya” pada manusia berupa-rupa macamnya: akal, pikiran, tenaga, kekuatan, kemampuan dan lain sebagainya adalah alat bagi manusia untuk mencapai perolehan dalam hidupnya. Meskipun, tidak selalu keinginan manusia sama dengan keinginan Allah. Sehingga, tidak seorangpun dapat memastikan apa yang diusahakan dan direncanakannya akan berhasil. Allah mengetahui yang terbaik bagi hambanya, semua bergantung pada kehendak-Nya. Berusaha, bekerja dan aktif mencari perolehan rizki di muka bumi adalah bentuk ketaatan berupa pendayagunaan anugerah Allah yang maha kaya. Jadi, usaha itu penting, tawakkal itu harus. 

Dalam banyak aspek kehidupan, tawakkal itu adalah tanda hilangnya sombong dengan hanya percaya pada usaha. Tawakkal itu menyerahkan semua ketentuan, melenyapkan keakuan diri dihadapan Tuhan tanpa berhenti dalam ikhtiar. Dalam banyak contoh, tawakkal dapat dengan mudah untuk dipahami. Seorang pedagang misalnya tetap membuka tokonya yang tidak terlalu besar di antara banyak toko-toko yang lebih besar dan lengkap varian barangnya. Atas hal ini, logika ekonomi tentu saja berpendapat bahwa toko yang lebih besar dan lengkaplah yang akan dikunjungi banyak pembeli. Namun, pada kenyataanya tidak selalu begitu, atas keadilan Tuhan, semua toko mendapatkan perolehannya masing-masing. Keyakinan si pedagang kecil bahwa tokonya akan dikunjungi banyak pembeli adalah bentuk tawakkal kepada Allah. Yang penting adalah memaksimalkan usaha sesuai kemampuan. Kehendak Allah atas hasil usaha manusia seringkali melampaui konsep dan teori apapun. Kehendak-Nya perkasa tak tertandingi. Inilah kiranya esensi apa yang disabdakan Nabi: “sungguh, seandainya kalian bertawakkal  kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang” (HR. Ahmad, Al-Tirmidzi, Ibn Majah, Al-Hakim). Wa Allahu A’lam bi al-Shawab.[MJ]

Gambar: www.indonesia-investments.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ALUMNI PESANTREN, KESEIMBANGAN DAN VISI BERSAMA

ALUMNI ADALAH KEKUATAN

BELAJAR BAHASA INGGRIS